Tes COVID-19 yang Wajib Ibu Tahu untuk Jalani New Normal

Ditulis oleh: Redaksi Klikdokter.com

Tes COVID-19 yang Wajib Ibu Tahu untuk Jalani New Normal

Berdamai dengan virus corona selama wabah masih ada tentu merupakan tantangan tersendiri bagi setiap orang. Semua dituntut untuk bersiap menghadapi COVID-19 new normal dimana aktivitas dijalankan secara ‘normal’ kembali dengan protokol kesehatan yang telah digalakkan pemerintah. Meskipun demikian, kesehatan dan keselamatan ada di tangan masing-masing. Ibu tetap masih harus waspada terhadap paparan virus dengan menjaga keselamatan diri dan keluarga.

Selain menjaga kesehatan dengan minum vitamin, berolahraga, serta tetap jaga jarak, Ibu juga perlu tahu beberapa macam tes COVID-19 untuk jalani new normal. Jika ada dana lebih, tak ada salahnya untuk menjalani tes COVID-19 di era new normal secara mandiri untuk memastikan kesehatan diri.

Baca Juga: Wajib Tahu! Cara Mencegah Resiko Bayi Terpapar COVID-19

Lantas apa saja tes COVID-19 yang perlu Ibu tahu?

Tes COVID-19 di Indonesia

Setiap negara memiliki kebijakan sendiri-sendiri untuk menentukan metode tes apa yang digunakan untuk mendiagnosis awal gejala COVID-19. Di Indonesia sendiri terdapat 3 macam tes diagnosis awal COVID-19 antara lain:

  1. Tes Cepat Molekuler (TCM)

    Awalnya tes ini digunakan untuk mendiagnosis penyakit Tuberkulosis atau TB yang berdasar pada pemeriksaan molekuler. Tes Cepat Molekuler (TCM) ini menggunakan metode dahak dengan amplifikasi asam nukleat berbasis cartridge. Virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 diidentifikasi dengan menggunakan cartridge khusus.

    Hasil dari Tes Cepat Molekuler (TCM) ini sangat cepat. Dalam waktu kurang lebih 2 jam, Ibu sudah dapat mengetahui hasilnya. Tes COVID-19 untuk persiapan era new normal ini bisa dilakukan di 132 rumah sakit serta beberapa puskesmas yang ditunjuk oleh pemerintah.
  2. Polymerase Chain Reaction (PCR)

    Jika metode sebelumnya menggunakan sampel dahak, Polymerase Chain Reaction (PCR) atau dikenal dengan swab test menggunakan metode swab dengan mengambil sampel lendir dari hidung atau tenggorokan. Hidung dan tenggorokan merupakan tempat virus menggandakan diri, oleh karena itu pemeriksaan di area itu tergolong akurat. Namun metode PCR juga dapat menggunakan sampel tinja jika diperlukan.

    Bila dibandingkan dengan TCM, metode PCR ini tergolong lebih lama untuk melihat hasilnya. Hal ini dikarenakan PCR menggunakan 2 kali proses, yaitu ekstraksi dan amplifikasi.
  3. Rapid Test

    Dibandingkan TCM dan PCR, Rapid test merupakan tes diagnosa COVID-19 yang paling kerap terdengar oleh masyarakat. Rapid test tidak menggunakan sampel dahak atau lendir, melainkan menggunakan sampel darah untuk diuji. Darah digunakan untuk mendeteksi imunoglobulin, yaitu antibodi pada tubuh yang terbentuk ketika tubuh mengalami infeksi virus.

    Rapid test dapat dilakukan di mana saja, tidak harus di rumah sakit. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil juga sangat singkat, hanya 15-20 menit saja. Namun, Rapid test memiliki kelemahan, yaitu dapat menghasilkan hasil yang berbeda dari yang sebenarnya. Bisa saja seseorang mendapatkan hasil Rapid test negatif meskipun virus penyebab COVID-19 ada di dalam tubuhnya. Hal ini terjadi jika seseorang melakukan tes dalam waktu kurang dari 7 hari setelah infeksi. Oleh karena itu, hasil dari Rapid test harus diulang 7 hari kemudiannya positif. Biasanya, hal ini terjadi saat tes dilakukan kurang dari 7 hari setelah infeksi.

Perbedaan PCR (Swab Test) dengan Rapid Test

Sebelum Tes Cepat Molekuler (TCM) digunakan di Indonesia, Indonesia hanya mengenal 2 jenis tes, yaitu PCR dan Rapid Test. Apa perbedaan keduanya?

Baca Juga: Harus Tahu! Panduan Pemeriksaan Kehamilan saat COVID-19 Mewabah

  1. Tujuan Pemeriksaan

    Dilihat dari tujuan pemeriksaannya, PCR ditujukan untuk mengetahui diagnosa pasti dari seseorang, apakah positif terinfeksi virus corona atau tidak. Sedangkan Rapid Test, tujuan pemeriksaannya adalah untuk skrining awal. Skrining awal ini mendeteksi ada tidaknya virus di dalam tubuh, apakah reaktif atau non reaktif. Jika reaktif, maka perlu dilakukan tes lanjutan berupa PCR.
  2. Jenis Sampel

    Perbedaan utama dari PCR dan Rapid Test terletak pada sampel yang diambil. PCR dilakukan dengan menguji sampel lendir yang ada di hidung dan tenggorokan. Sedangkan pada Rapid Test, sampel yang diambil adalah darah.
  3. Tingkat Keakuratan

    Dibandingkan dengan Rapid test, tingkat keakuratan PCR lebih tinggi. Pasalnya, PCR mampu mendiagnosa apakah seseorang terinfeksi virus COVID-19 atau tidak. Sedangkan Rapid test hanya mampu melakukan skrining awal apakah tubuh terkena virus atau tidak, namun virus apa yang dimaksud, tidak dapat terdeteksi.
  4. Waktu

    Untuk mengetahui hasilnya, PCR membutuhkan waktu yang lama. Bisa berhari--hari bahkan berminggu-minggu. Sedangkan Rapid test langsung dapat diketahui hasilnya dalam waktu 15-20 menit setelah tes dilakukan.
  5. Kelebihan dan Kekurangan

    Terdapat kelebihan serta kekurangan dari 2 jenis tes ini. PCR memiliki kelebihan dapat mendeteksi secara pasti ada tidaknya virus COVID-19 di tubuh seseorang. Namun kekurangannya, prosedur tes ini cukup rumit dan membutuhkan waktu yang lama. Sedangkan Rapid test, kelebihannya adalah cepat dan mudah untuk dilakukan. Namun kekurangannya, tes ini tidak dapat mendiagnosa secara langsung ada tidaknya virus corona di dalam tubuh.

Mengapa Tes COVID-19 Itu Penting?

Tes COVID-19 baik yang dilakukan secara mandiri maupun massal dari pemerintah sangat penting. Sebab, hingga saat ini, jumlah masyarakat Indonesia yang telah menjalani tes COVID-19 masih minim. Akibatnya, jumlah pasien positif COVID-19 sulit terkonfirmasi dengan jelas karena dikhawatirkan banyak warga yang sebenarnya sudah positif terinfeksi virus namun tidak terdeteksi karena belum menjalani tes.

Ditambah dengan kasus Orang Tanpa Gejala (OTG) yang sudah terpapar virus namun tidak menunjukkan tanda atau gejala apapun, membuat penyebaran virus COVID-19 ini sulit diputus. Padahal mau tidak mau, new normal di tengah pandemi COVID-19 harus dilakukan. Oleh karena itu tes COVID-19 penting untuk dilakukan.

Semakin banyak orang yang menjalani tes, maka orang yang terkonfirmasi positif akan diisolasi dan diberi tindakan medis yang tepat. Mereka tidak lagi berkeliaran dan berkegiatan normal, melainkan akan menjalani protokol kesehatan yang telah ditetapkan. Baik dirujuk ke rumah sakit maupun melakukan karantina mandiri. Lingkungan sekitar juga akan melakukan physical distancing antarwarga sehingga potensi penularan virus dapat ditekan.

Kapan Tes COVID-19 Perlu Dilakukan?

Pada dasarnya, tes COVID-19 secara mandiri bisa dilakukan kapan saja, tidak harus menunggu jadwal tes massal dari pemerintah. Namun jika Ibu menemukan gejala-gejala yang mengarah pada COVID-19, segera hubungi petugas kesehatan agar tes COVID-19 bisa segera dilakukan. Jika jadwal dari dinas kesehatan terlalu lama, Ibu bisa meminta pihak rumah sakit untuk melakukan tes COVID-19 secara mandiri. Dalam artian, biaya tidak ditanggung oleh pemerintah.

Baca juga: 10 New Normal Starter Pack yang Wajib Ibu Hamil Bawa

Dalam menghadapi new normal COVID-19, Ibu juga dapat bersiap melakukan tes mandiri COVID-19 meskipun tidak ada gejala. Tujuannya, adalah untuk memastikan bahwa Ibu tidak terpapar virus dan siap untuk berkegiatan dan beradaptasi dengan kenormalan baru. Ibu bisa ajak anggota keluarga yang lain untuk menjalani tes juga guna memastikan tubuh sehat dan tidak terpapar virus.

Itulah beberapa macam tes COVID-19 yang bisa dilakukan dalam menghadapi new normal. Tes dapat dilakukan baik secara mandiri maupun massal. Dan ingat, penting bagi Ibu untuk tetap menjaga imunitas dengan makan seimbang, minum vitamin, serta berolahraga secara teratur.