Bagi calon Ibu, mendengar istilah nuchal cord, atau janin terlilit tali pusar, mungkin terasa mengkhawatirkan. Kondisi ini terjadi ketika tali pusar melilit leher hingga membentuk lingkaran 360 derajat selama kehamilan atau proses persalinan. Menurut The Bump, sekitar 10 hingga 29 persen janin mengalami ini, dengan risiko yang meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan.
Namun, kondisi ini tidak selalu berbahaya. Dalam banyak kasus, bayi tetap lahir sehat tanpa komplikasi serius. Masalah hanya muncul jika lilitan tali pusar terlalu ketat, yang dapat mengganggu aliran darah dan oksigen ke janin. Untungnya, kondisi ini sering kali dapat diatasi oleh dokter atau bidan selama proses persalinan.
Meskipun terdengar menyeramkan, sebagian besar kasus nuchal cord lahir dengan kondisi sehat. Penelitian menunjukkan bahwa nuchal cord ditemukan pada sekitar 25 persen kelahiran, dengan jumlah yang meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan. Bahkan, tipe nuchal cord yang lebih kompleks, seperti lilitan tipe B (lilitan ganda atau simpul), hanya terjadi pada 2–8 persen kelahiran.
Kemungkinan janin terlilit tali pusar meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan, dari 6 persen pada minggu ke-20 kehamilan menjadi 29 persen pada kehamilan 42 minggu.
Janin laki-laki juga memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan janin perempuan, kemungkinan karena gerakannya yang lebih aktif atau ukurannya yang cenderung lebih besar, sehingga meningkatkan peluang terlilit tali pusar. Untungnya, pemeriksaan rutin seperti USG memungkinkan tenaga medis mendeteksi lilitan ini lebih awal dan mengambil langkah untuk memastikan keselamatan Ibu dan janin.
Keberadaan lilitan tali pusar dapat terdeteksi melalui beberapa metode pemeriksaan dan pengamatan. USG adalah alat yang paling umum digunakan dan dapat mendeteksi sekitar 70 persen kasus nuchal cord. Namun, pemeriksaan ini sering kali tidak dapat memastikan apakah lilitan tersebut ketat atau longgar.
Perubahan pola gerakan janin juga bisa menjadi petunjuk. Jika Buah Hati bergerak sangat aktif dan kemudian aktivitasnya tiba-tiba berkurang drastis, ini bisa menjadi tanda bahwa ia mencoba melepaskan lilitan tali pusar. Pada tahap akhir kehamilan, penurunan gerakan janin juga perlu diperhatikan. Dokter biasanya merekomendasikan penghitungan tendangan janin untuk memastikan minimal lima gerakan dalam 30 menit.
Selama persalinan, tanda lain yang mungkin muncul adalah penurunan denyut jantung janin yang konsisten, hal ini dapat dideteksi melalui monitor jantung janin. Pola ini sering dikaitkan dengan lilitan tali pusar yang ketat dan membutuhkan perhatian medis segera.
Nuchal cord biasanya terjadi karena pergerakan aktif janin di dalam rahim. Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko, seperti panjang tali pusar yang melebihi batas normal. Panjang tali pusar rata-rata adalah 50–60 cm, tetapi jika lebih panjang dari 80 cm, risiko lilitan meningkat. Selain itu, kelebihan cairan ketuban atau kehamilan kembar juga memberikan ruang gerak lebih besar bagi janin, sehingga memperbesar peluang terbentuknya lilitan.
Dalam beberapa kasus langka, simpul tali pusar dapat terbentuk, meskipun hanya terjadi pada sekitar 0,3–2 persen kehamilan. Kondisi ini berpotensi mengganggu aliran darah janin dan memerlukan intervensi medis untuk memastikan keselamatan.
Selama persalinan, tim medis akan memantau detak jantung janin dengan cermat. Jika terdeteksi lilitan tali pusar, beberapa langkah dapat diambil. Jika lilitan cukup longgar, dokter atau bidan dapat melepaskannya dengan tangan saat bayi lahir. Untuk lilitan yang lebih ketat, Ibu mungkin diminta berbaring miring dan diberi oksigen untuk meningkatkan aliran darah dan oksigen ke janin.
Dalam kasus yang lebih serius, seperti jika detak jantung janin menunjukkan tanda stres, dokter mungkin merekomendasikan operasi caesar untuk menghindari risiko lebih lanjut. Meskipun kondisi ini terdengar mengkhawatirkan, sebagian besar janin dengan nuchal cord lahir dalam keadaan sehat tanpa memerlukan tindakan khusus.
Nuchal cord memang bisa menjadi perhatian, tetapi dengan pemeriksaan rutin dan dukungan tenaga medis, sebagian besar kasus dapat ditangani dengan baik. Ibu tidak perlu terlalu khawatir, karena tubuh Ibu secara alami dirancang untuk mendukung kelahiran yang aman, dan tim medis siap membantu memastikan keselamatan Ibu dan Buah Hati.
Selain konsultasi medis, menjaga kesehatan dan kebugaran selama kehamilan juga sangat penting untuk mendukung proses persalinan yang lancar. Nutrisi yang tepat, termasuk asupan protein yang cukup, berperan besar dalam mendukung tumbuh kembang janin sekaligus mempersiapkan tubuh Ibu untuk menghadapi persalinan.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pentingnya nutrisi, termasuk manfaat susu tinggi PROTEIN bagi Ibu hamil, kunjungi artikel ini sebagai panduan terpercaya dalam memenuhi kebutuhan nutrisi selama kehamilan: Susu Tinggi PROTEIN untuk Ibu Hamil, Wajib Diminum.
Referensi: