Selama menjalani masa kehamilan, calon Ibu dan Ayah perlu memahami cara menjaga kesehatan Ibu dan Buah Hati di dalam kandungan. Sebab, perjalanan mengandung Buah Hati selama 9 bulan penuh dengan lika-liku. Berbagai masalah kesehatan serius, seperti intrauterine fetal death atau IUFD bisa menjadi ancaman serius.
Intrauterine fetal death (IUFD) adalah kematian Buah Hati saat masih dalam kandungan. IUFD atau yang dikenal dengan istilah stillbirth, berbeda dengan keguguran, karena kematian calon Buah Hati terjadi setelah melewati usia 20 minggu.
World Health Organization (WHO) mengelompokkan intrauterine fetal death menjadi 3, yaitu early stillbirth (usia kehamilan 20 hingga 27 minggu), late stillbirth (usia kehamilan 28 hingga 36 minggu), dan stillbirth untuk Buah Hati berusia lebih dari 37 minggu. IUFD tidak bisa dicegah, namun Ibu bisa meminimalisir risikonya jika mengetahui penyebab Buah Hati meninggal dalam kandungan.
Tidak semua kasus IUFD diketahui jelas penyebabnya. Akan tetapi, calon Ibu dan Ayah bisa mempelajari beberapa penyebab kematian Buah Hati dalam kandungan berikut!
Plasenta adalah lapisan yang menempel pada rahim selama masa kehamilan. Untuk bisa terus hidup dan berkembang dalam kandungan, Buah Hati membutuhkan pasokan nutrisi yang cukup dari plasenta. Jadi, saat plasenta mengalami gangguan solusio plasenta (plasenta lepas dari rahim), aliran darah yang membawa nutrisi dan oksigen ke Buah Hati jadi berkurang dan bisa menyebabkan IUFD.
Ibu hamil dengan riwayat penyakit hipertensi selama kehamilan memiliki risiko lebih tinggi mengalami solusio plasenta dibanding Ibu hamil dengan kondisi kesehatan yang baik. Selain itu, 24% kasus kematian Buah Hati dalam kandungan disebabkan karena adanya pembekuan darah, peradangan, dan masalah pembuluh darah di plasenta.
Kelainan genetik atau kelainan kromosom menjadi salah satu pemicu kematian Buah Hati sebanyak 15 hingga 20 persen. Kelainan genetik membuat organ vital, yaitu otak dan jantung, tidak bisa berkembang dengan baik.
Mengalami pendarahan berat di trimester terakhir juga bisa menyebabkan Buah Hati mati dalam kandungan. Mengapa? Karena pendarahan bisa menyebabkan plasenta terlepas dari rahim sebelum waktu persalinan tiba.
Gangguan kesehatan, seperti memiliki penyakit gula darah, hipertensi, gangguan imunitas tubuh, infeksi bakteri, lupus, rubella, malaria, sifilis, HIV, dan lainnya sangat berisiko tinggi mengalami IUFD.
Gaya hidup yang tidak sehat selama masa kehamilan, seperti mengalami obesitas, mengkonsumsi alkohol, atau merokok, bisa menyebabkan IUFD.
Setelah mengetahui penyebab Buah Hati meninggal dalam kandungan Berikut ciri-ciri Buah Hati meninggal dalam kandungan yang perlu Ibu tahu.
Apabila kehamilan sudah memasuki trimester kedua dan ketiga, lalu tiba-tiba mengalami pendarahan, ada baiknya segera berkonsultasi dengan dokter. Terjadinya pendarahan bisa jadi menunjukkan adanya indikasi IUFD.
Ketika tubuh terinfeksi, Ibu akan merasakan demam, nyeri, atau kram perut. Saat hal tersebut terjadi, segera memeriksakan diri ke pusat kesehatan terdekat untuk berkonsultasi dengan dokter terkait gejala yang dirasakan.
Memasuki usia kehamilan 16 minggu, biasanya Ibu mulai bisa merasakan pergerakan Buah Hati. Nah, semakin bertambah usianya, calon Buah Hati akan semakin aktif bergerak. Jika Ibu tidak merasakan keaktifan Buah Hati setelah beberapa waktu, bahkan di momen spesial, seperti memperdengarkan musik pada Buah Hati, maka segera lakukan pemeriksaan ke dokter kandungan. Penanganan yang cepat bisa menyelamatkan Buah Hati.
Semua Ibu yang menunggu calon Buah Hati, apalagi anak pertama, pasti ingin Buah Hatinya mengalami pertumbuhan dan perkembangan dengan baik. Untuk mencegah Buah Hati meninggal dalam kandungan, pastikan Ibu mengkonsumsi makanan yang sehat dan baik untuk kehamilan. Untuk mengetahui apa saja makanannya, lanjutkan baca artikel berikut yuk: 10 Makanan untuk Ibu Hamil Demi Tumbuh Kembang Calon Bayi