Morning sickness adalah sebuah kondisi dimana ibu hamil mengalami mual dan muntah. Meskipun disebut morning sickness, namun keluhan mual dan muntah tidak melulu terjadi di pagi hari saja, melainkan dapat juga terjadi pada siang, sore, bahkan malam hari. Umumnya morning sickness terjadi pada trimester awal kehamilan, namun tidak menutup kemungkinan juga ibu mengalami kondisi ini hingga akhir kehamilan.
Beberapa wanita bahkan mengalami morning sickness parah yang gejalanya berlanjut menjadi hiperemesis gravidarum. Kondisi ini dapat menyebabkan ibu hamil merasa lemas sepanjang hari karena tidak ada makanan yang masuk ke dalam tubuh. Jika ibu mengalami morning sickness yang sangat parah atau hiperemesis gravidarum, ibu perlu segera mendapatkan pertolongan dokter. Pasalnya kondisi tersebut rentan mengakibatkan dehidrasi dan komplikasi kehamilan.
Mungkin ibu bertanya-tanya, apa sih yang menyebabkan ibu hamil mengalami morning sickness? Belum diketahui secara pasti apa penyebab terjadi morning sickness pada masa kehamilan, namun para ahli sepakat bahwa perubahan hormon yang terjadi di awal kehamilan merupakan penyebab terjadinya kondisi ini. Selain itu, terdapat beberapa penyebab lain dari morning sickness yang turut berperan memicu terjadinya mual dan muntah. Berikut ulasan lengkapnya.
Pada saat membentuk kantung kehamilan, tubuh ibu hamil mengalami peningkatan hormon estrogen. Peningkatan ini mencapai 100 kali lipat lebih tinggi dari kondisi biasanya. Hal ini dapat memicu rasa mual hingga muntah. Meskipun demikian, tidak semua ibu hamil mengalami mual dan muntah meskipun hormon estrogen dipastikan meningkat di awal kehamilan.
Tahukan Ibu, peningkatan hormon estrogen juga mempunyai banyak manfaat seperti membantu perkembangan janin dan membantu produksi ASI ketika fase menyusui sudah dimulai. Selengkapnya mengenai manfaat hormon estrogen, baca di sini ya: Peran Hormon Estrogen Bagi Kehamilan
Tak hanya hormon estrogen saja kadar progesteron saat hamil juga akan meningkat. Peningkatan kadar tersebut dapat membantu mengencangkan otot rahim guna mencegah kelahiran prematur. Tak hanya itu, hormon progesteron juga mendorong pertumbuhan kelenjar susu di payudara yang nantinya memudahkan ibu dalam memberikan ASI untuk buah hati.
Nah, kadar progesteron yang meningkat ini rupanya dapat memicu berbagai gejala dan keluhan seperti saat menstruasi. Gejala tersebut meliputi nyeri payudara, kembung, perubahan mood, mual, serta muntah. Pada saat hamil, gejala mual dan muntah yang akan lebih terlihat.
Ketika hormon progesteron meningkat, esofagus bagian bawah pada tubuh juga ikut terdampak. Akibatnya, katup lambung akan terkena imbasnya. Pencernaan menjadi lebih lambat dalam bekerja sehingga mengakibatkan masalah seperti mual dan muntah. Jika mengalami hal ini, sebaiknya ibu menghindari posisi terlentang setelah makan guna memberi kesempatan makanan untuk turun dan dicerna terlebih dahulu.
Gula darah yang rendah juga diduga menjadi pemicu terjadinya morning sickness. Kondisi menurunnya kadar gula darah disebut dengan hipoglikemia. Kondisi ini mengakibatkan mual, keringat dingin, pusing, pucat, serta denyut nadi yang semakin cepat. Hipoglikemia umumnya terjadi pada ibu hamil karena tubuh ibu perlu membagi makanan yang masuk dengan janin melalui plasenta.
Selama hamil, ibu cenderung memiliki sensitivitas tubuh yang meningkat. Bagian otak akan lebih sensitif terhadap rangsangan dibandingkan kondisi normal. Hal ini mengakibatkan otak cenderung merespon hormon serta pemicu rasa mual dengan lebih cepat. Terlebih jika ibu hamil memiliki perut yang lebih sensitif, maka tingkat keparahan mual dan muntah akan meningkat.
Selain itu, penciuman ibu hamil juga lebih sensitif. Akibatnya, ibu akan lebih mudah mual ketika mencium sesuatu yang menyengat. Bahkan ibu hamil bisa mual ketika mencium bau tubuhnya sendiri atau bau pasangan.
Hormon hCG merupakan hormon yang diproduksi ketika embrio mulai terbentuk di dalam rahim. Hormon tersebut juga mengalami peningkatan ketika hamil, akibatnya ibu akan mengalami mual dan muntah. Meskipun demikian, hormon hCG justru menjadi tolak ukur bahwa janin berkembang dengan baik di dalam rahim. Hormon ini akan meningkat pesat hingga mencapai puncak di usia 9 minggu, kemudian mulai turun pada minggu ke-12 hingga minggu ke-16 kehamilan. Itulah sebabnya, ketika trimester kedua rasa mual dan muntah akan mulai berkurang.
Morning sickness cenderung lebih kerap terjadi pada kehamilan pertama. Umumnya mual muntah yang dirasakan juga semakin parah. Hal ini terjadi karena kesiapan tubuh yang masih kurang dalam menghadapi persalinan. Secara fisik, tubuh belum dapat mengontrol lonjakan hormon yang terjadi. Sedangkan secara mental, ibu dengan kehamilan pertama mengalami kecemasan yang lebih besar.
Morning sickness juga dapat disebabkan karena ibu mengalami kehamilan kembar. Pada kehamilan kembar, hormon hCG mengalami peningkatan yang lebih drastis sehingga mual dan muntah dirasakan lebih parah.
Para ahli sepakat bahwa kekurangan vitamin B6 juga menjadi penyebab morning sickness. Vitamin B6 berperan dalam mencegah anemia serta mengurangi rasa mual dan muntah. Oleh sebab itu, ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi vitamin B6 di awal kehamilan.
Rupanya stres dapat memicu terjadinya gangguan pencernaan. Akibatnya, rasa mual dan muntah akan lebih memburuk ketika ibu hamil mengalami stres. Stres pada awal kehamilan memang wajar, namun ibu tetap harus mengontrolnya dengan baik agar tidak mengganggu pencernaan.
Setelah mengetahui apa saja penyebab morning sickness, tentu sekarang ibu dapat melakukan upaya untuk mencegahnya. Meskipun tidak bisa mencegah 100 persen, namun paling tidak, ibu dapat mengurangi tingkat keparahannya dengan melakukan beberapa cara berikut ini.
Jika ibu sudah melakukan cara-cara di atas namun morning sickness justru semakin parah, maka segeralah berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan. Tetap cukupi kebutuhan gizi dan nutrisi agar janin berkembang dengan baik ya Bu!