Tahukah Ibu, memenuhi nutrisi merupakan bagian dari kehamilan yang tidak hanya penting bagi Ibu, tetapi juga esensial bagi Buah Hati yang sedang tumbuh dan berkembang. Memilih pola makan sehat, termasuk melengkapi nutrisi dari laktosa dan sukrosa yang dapat ditemukan dalam susu, juga patut menjadi pertimbangan.
Meskipun sama-sama merupakan gula, laktosa maupun sukrosa merupakan zat yang berbeda. Namun tidak sedikit Ibu hamil yang bingung untuk membedakannya dan kerap menganggap sama. Karena keduanya sering muncul di label susu hamil, memahami perbedaannya akan membantu Ibu membuat keputusan yang lebih tepat dalam meningkatkan asupan nutrisi Ibu.
Meskipun sama-sama gula, tubuh Ibu mencerna laktosa dan sukrosa menggunakan cara dan enzim yang berbeda. Memahami perbedaannya akan membantu Ibu mengelola kadar gula darah dan kinerja pencernaan Ibu selama masa kehamilan.
Laktosa adalah gula alami yang ditemukan dalam susu hewani dan ASI. Melansir situs Very Well Health, ASI mengandung 7,2 persen laktosa, jumlah yang memenuhi hingga setengah kebutuhan energi untuk Buah Hati yang disusui. Keberadaannya juga memiliki efek positif pada perkembangan bakteri baik yang hidup di saluran pencernaan Buah Hati yang sedang menyusu. Gula alami ini berkontribusi pada pembentukan awal mikrobiota usus di masa neonatal, karena mendukung pertumbuhan bakteri baik tersebut.
Tetapi meskipun bermanfaat, beberapa Ibu mungkin mengalami intoleransi terhadap laktosa. Intoleransi ini terjadi ketika tubuh mereka tidak mampu memecah dan mencerna laktosa yang dikonsumsi dalam susu dan produk olahan susu lainnya. Dampaknya, Ibu bisa merasakan ketidaknyamanan di perut, misalnya seperti merasa kembung, diare, hingga kram.
Dalam tubuh, laktosa membutuhkan enzim laktase untuk pencernaan. Enzim ini bekerja dengan memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa, suatu proses yang mempersiapkan gula-gula ini untuk digunakan sebagai energi oleh tubuh. Ketika tubuh tidak memproduksi cukup laktase, kondisi inilah yang membuat Ibu dapat mengalami intoleransi laktosa.
Sedangkan sukrosa merupakan gula tambahan yang ditemukan di banyak tanaman, termasuk pada tebu dan bit. Dalam industri pangan, zat ini biasa digunakan untuk memberikan rasa manis. Sebagian besar makanan dan minuman manis dibuat dengan sukrosa.
Jenis gula ini melepaskan energi dengan cepat, menyebabkan glukosa darah melonjak. Konsumsi sukrosa berlebih pada Ibu hamil bisa berdampak pada lonjakan gula darah, yang kemudian dapat mengurangi energi dalam jumlah yang cukup besar.
Alih-alih membuat Ibu tetap beraktivitas sepanjang hari, mengonsumsi terlalu banyak gula sukrosa ini saat hamil dapat membuat Ibu merasa lebih cepat lelah. Untuk itu, penting untuk memeriksa jumlah sukrosa pada label kemasan produk yang akan dikonsumsi agar tidak ada dampak buruk yang terjadi setelahnya.
Beberapa perbedaan di antara laktosa maupun sukrosa ini dapat dibandingkan sebagai berikut:
Ibu perlu waspada apabila Ibu kerap mengalami mual, kembung, atau gangguan pencernaan setelah mengonsumsi susu berbahan hewani. Mungkin gejala-gejala tersebut memang menandakan Ibu memiliki toleransi rendah terhadap laktosa.
Selain laktosa dan sukrosa, susu juga kerap mengandung sukralosa, pemanis buatan yang terbuat dari gula. Jenis pemanis ini masih tergolong aman untuk dikonsumsi saat hamil. Meskipun demikian, sukralosa harus dikonsumsi dalam batas yang wajar karena beberapa alasan. Makanan yang mengandung pemanis seringkali kurang bergizi. Konsumsi pemanis buatan secara terus-menerus selama kehamilan berkaitan dengan risiko kelebihan berat badan pada tahun-tahun pertama kehidupan Buah Hati.
Menjaga asupan gula yang rendah membantu menjaga kadar gula darah lebih stabil, begitu pula kadar energi yang dihasilkan. Membatasi gula, dalam hal ini sukrosa, turut membantu Ibu menambah berat badan agar kehamilan lebih sehat. Terlalu banyak sukrosa saat hamil bisa meningkatkan risiko diabetes gestasional dan preeklamsia. Dampaknya, Buah Hati berisiko mengalami kelebihan berat badan di kemudian hari. Untuk itu, pilihlah susu rendah sukrosa agar risiko ini bisa dihindari.
Sementara itu, jika Ibu memiliki riwayat intolerasi laktosa, pilihlah susu yang rendah laktosa. Meskipun memiliki banyak manfaat kesehatan bagi bayi dalam tahap perkembangannya, intoleransi laktosa bisa menimbulkan gejala yang tidak nyaman bagi Ibu. Carilah susu yang berlabel bebas laktosa atau rendah laktosa agar tidak ada gejala yang timbul.
Memilih produk dengan kandungan gula yang tepat dapat membantu menjaga keseimbangan energi dan mengurangi risiko gangguan pencernaan. Asupan gula seimbang membantu Ibu memiliki kadar gula darah yang stabil, sehingga risiko penyakit karena gula bisa diminimalisir.
Selain itu, agar Ibu bisa memperoleh nutrisi yang tepat selama hamil, pastikan untuk lebih teliti dalam membaca kandungan nutrisi saat memilih produk yang akan dikonsumsi. Cari produk yang diformulasikan khusus untuk kehamilan. Dengan begitu, Ibu bisa memenuhi kebutuhan nutrisi harian serta mendukung pertumbuhan janin secara optimal.
Memilih produk susu yang rendah gula sukrosa sangat dianjurkan agar energi Ibu bisa tetap terjaga dan tidak mudah habis. Sekarang, ada susu yang baik untuk ibu hamil dan rendah sukrosa, yakni PRENAGEN mommy yang dirancang khusus untuk mendukung kebutuhan nutrisi selama kehamilan.
Susu ini memiliki banyak PROTEIN yang bisa menjadi sumber energi bagi Ibu. PRENAGEN mommy juga hadir dengan kandungan laktosa yang rendah, sehingga aman dari risiko kembung hingga sakit perut. Dengan kandungan nutrisi lengkap, tiap kemasannya hanya mengandung 3 gram lemak, kadar yang lebih rendah dibandingkan susu full cream lainnya.
Ibu dan Buah Hati juga akan mendapatkan manfaat dari asam lemak, seperti DHA-Omega 3, dan Omega 6. Nutrisi ini membantu sistem saraf dan otak berkembang pesat.
Banyak pula nutrisi lainnya yang terkandung dalam PRENAGEN mommy untuk mendukung berbagai fase dalam kehamilan. Yuk, kenali lebih lanjut tentangnya di halaman ini: Susu PRENAGEN yang Cocok untuk Kehamilan.
Referensi: