Menggendong bayi merupakan salah satu bentuk interaksi fisik awal yang membentuk rasa aman dan memperkuat ikatan emosional. Aktivitas menggendong juga sekaligus menstimulasi perkembangan motorik halus dan kasarnya.
Namun, tidak semua cara menggendong akan memberikan kenyamanan atau keamanan, apalagi bila dilakukan tanpa mempertimbangkan usia dan kemampuan gerak bayi. Dengan mengenali tahapan pertumbuhan, Ibu dapat menyesuaikan posisi gendong yang paling mendukung tubuh bayi. Dukungan ini juga termasuk memperhatikan kekuatan otot leher dan posisi kaki.
Menggendong bayi secara konsisten dan benar merupakan bentuk merawat bayi yang akan memberikan pengaruh positif terhadap tumbuh kembangnya. Dalam pelukan Ibu, bayi merasa nyaman dan tidak mudah rewel.
Detak jantung Ibu yang stabil memberikan sinyal biologis yang dikenal sejak dalam kandungan, menciptakan efek menenangkan yang membantu menurunkan kadar hormon stres bayi. Ritme pernapasan yang lembut juga memberikan petunjuk regulasi napas bagi bayi, sekaligus memperkuat perasaan keterhubungan yang membuatnya merasa dilindungi dan tidak sendiri. Suhu tubuh Ibu yang hangat turut membantu menjaga kestabilan suhu bayi, terutama pada bayi baru lahir yang belum mampu mengatur suhu tubuh secara optimal.
Dari sisi perkembangan fisik, posisi gendong yang tepat membantu distribusi tekanan pada tulang dan sendi bayi. Misalnya, menjaga agar punggung tetap membulat alami dan posisi kaki membentuk huruf “M” dapat mendukung pembentukan sendi pinggul yang sehat. Sementara itu, bagi Ibu, menggendong juga berarti bisa menjalankan aktivitas ringan sambil tetap dekat dengan bayi, terutama bila menggunakan gendongan bayi ergonomis.
Baca juga: Cara Menyusui Bayi Baru Lahir dengan Benar
Perlu diperhatikan, posisi gendong yang benar di awal kehidupan ini dapat membentuk kebiasaan postural yang baik di masa berikutnya.
Dalam 3 bulan pertama usia bayi, leher bayi belum mampu menopang kepalanya sendiri, sehingga bagian belakang kepala dan lehernya harus selalu disangga saat menggendongnya. Posisi tubuhnya sebaiknya sedikit miring atau mendekati posisi horizontal, dengan punggung dan bokong ditopang secara menyeluruh oleh lengan Ibu.
Ketika hendak mengangkat, Ibu bisa membungkuk dahulu dengan perlahan untuk memastikan pusat gravitasi tetap seimbang. Sisipkan 1 tangan di bawah kepala dan leher bayi, dengan jari-jari terbuka menopang bagian belakang tengkoraknya. Tangan lainnya dapat menyusup di bawah punggung, bokong, dan kaki bayi.
Setelah memastikan pegangan kuat dan tubuh bayi stabil, Ibu bisa menarik bayi perlahan ke arah dada, menjaga kepala tetap sejajar dengan badan. Gerakan lambat dan terkontrol ini penting untuk mencegah sentakan atau perubahan posisi mendadak yang bisa mengejutkan atau melukai bayi.
Baca juga: Jangan Asal-asalan, Begini Cara Memandikan Bayi Baru Lahir
Seiring bertambahnya usia, bayi mulai menunjukkan kemampuan menegakkan kepala, khususnya di usia 3 hingga 4 bulan. Perkembangan otot leher dan punggung yang semakin kuat memungkinkannya belajar duduk menghadap ke depan, sehingga memberikan stimulasi visual untuk wawasan sensoriknya. Meski demikian, kepalanya masih perlu ditopang saat Ibu menggendong dengan tangan kosong.
Pada usia ini, menggunakan gendongan bayi seperti wrap atau ring sling bisa menjadi solusi untuk membantu distribusi beban secara merata. Gendongan juga memberikan kebebasan bagi Ibu untuk bergerak, sambil tetap menjaga posisi tubuh bayi tetap aman. Penting untuk selalu memastikan punggungnya tetap membulat dan paha tergantung bebas dengan lutut lebih tinggi dari bokong. Bila ia menunjukkan ketertarikan pada lingkungan, posisi menghadap ke luar bisa dicoba, namun hanya untuk waktu singkat dan dengan pengawasan.
Memasuki usia 6 bulan ke atas, sebagian besar bayi sudah mampu duduk dengan dukungan minimal dan memiliki kontrol kepala yang lebih baik. Di tahap ini, pilihan cara menggendongnya menjadi lebih fleksibel.
Bayi bisa digendong di depan menghadap Ibu saat ingin membangun interaksi lebih intens, seperti bermain atau menenangkan. Menggendong di samping cocok dilakukan saat Ibu ingin tetap aktif sambil memberikan ruang eksplorasi visual yang luas bagi bayi. Posisi ini juga memungkinkan bayi bersandar pada tubuh Ibu saat lelah. Sementara itu, menggendong di punggung menjadi pilihan tepat jika bayi sudah lebih berat dan Ibu perlu bergerak bebas untuk aktivitas rumah tangga atau berjalan jauh.
Namun, pilihan posisi tetap harus disesuaikan dengan usia, kemampuan kontrol tubuh bayi, serta kenyamanan kedua belah pihak. Penting juga untuk memastikan setiap posisi memungkinkan bayi bernapas lega dan memiliki penyangga yang cukup. Bayi juga tidak boleh berada dalam posisi tertekuk atau terjepit dalam waktu lama.
Setiap posisi gendong harus memenuhi prinsip dasar kenyamanan dan keamanan: kepala bayi terlihat, dapat dicium, serta tidak tertekuk ke arah dada. Hindari menggunakan gendongan yang membuat wajah bayi tertutup atau menekan dagu ke dada, karena ini dapat mengganggu jalur napas. Selalu sesuaikan bahan gendongan dengan suhu ruangan, dan berikan jeda untuk istirahat, terutama jika bayi tampak lelah atau berkeringat.
Memilih gendongan juga perlu disesuaikan dengan usia. Wrap elastis cocok untuk bayi baru lahir, sedangkan carrier ergonomis lebih ideal untuk bayi yang sudah bisa duduk. Meskipun menggendong mempermudah mobilitas, tetap utamakan posisi tubuhnya agar tidak terjadi tekanan berlebih pada sendi.
Ingin memahami lebih dalam tahapan kemampuan motorik dan cara menggendong bayi saat memasuki usia 3 bulan ke atas? Kunjungi panduan lengkapnya di sini: Bayi 3 Bulan, Kenali Perubahan yang Akan Terjadi.