Ngompol merupakan salah satu fase yang wajar dialami anak-anak, terutama saat usia balita. Namun, saat kebiasaan ini berlangsung lebih lama dari seharusnya, tak jarang membuat Ibu merasa cemas. Selain menimbulkan gangguan tidur, anak yang masih sering ngompol juga bisa merasa malu dan kurang percaya diri, terutama jika sudah memasuki usia sekolah.
Masalah ngompol atau istilah medisnya enuresis ini perlu ditangani dengan pendekatan yang tepat. Bukan hanya dengan solusi praktis seperti mengganti sprei atau memakaikan popok, tetapi juga dengan memahami penyebabnya serta bagaimana cara membantu anak mengatasi kebiasaan tersebut secara bertahap.
Langkah awal untuk membantu anak mengatasi ngompol adalah memahami penyebabnya. Salah satu faktor utama adalah kondisi kandung kemih anak yang belum berkembang secara optimal. Pada beberapa anak, kapasitas kandung kemih masih kecil sehingga tidak bisa menahan urine dalam waktu lama, terutama saat tidur malam.
Masalah kandung kemih juga bisa terjadi akibat infeksi saluran kemih (ISK). Anak-anak dengan ISK akan lebih sering buang air kecil, termasuk saat tidur. Jika anak mengeluh nyeri saat buang air atau terlihat sering gelisah saat tidur, sebaiknya Ibu segera berkonsultasi ke dokter.
Selain itu, ada juga faktor genetik. Jika Ibu atau Ayah pernah mengalami kebiasaan ngompol saat kecil, kemungkinan anak juga akan mengalami hal yang sama. Walau belum ada bukti ilmiah pasti, korelasi ini cukup sering ditemukan.
Faktor lain yang bisa memicu ngompol adalah minum terlalu banyak menjelang tidur, suhu kamar tidur yang terlalu dingin, atau kondisi psikologis seperti stres dan kelelahan. Semua faktor ini bisa membuat anak lebih rentan mengalami ngompol saat malam hari.
Bunda mungkin bertanya-tanya, di usia berapa seharusnya anak sudah berhenti ngompol? Secara umum, anak-anak mulai bisa mengontrol kandung kemihnya antara usia 2 hingga 4 tahun. Namun, tidak semua anak berkembang dalam waktu yang sama. Beberapa anak bisa tetap mengompol hingga usia 5 atau 6 tahun dan masih dianggap wajar.
Jika anak masih ngompol sesekali di usia 5 tahun, Ibu tidak perlu langsung panik. Namun, jika kebiasaan ini terjadi hampir setiap malam dan tidak ada perubahan meskipun sudah diberikan pelatihan, ada baiknya berkonsultasi dengan dokter anak. Evaluasi akan dilakukan untuk memastikan apakah ada kondisi medis tertentu yang perlu ditangani.
Mengetahui bahwa masih banyak anak yang mengalami ngompol hingga usia sekolah bisa membantu Ibu merasa lebih tenang dan tidak terlalu terburu-buru memberi tekanan pada si Kecil.
Pencegahan adalah langkah awal yang bisa Ibu lakukan di rumah dengan konsisten. Salah satu caranya adalah mengatur jadwal minum anak. Hindari memberikan terlalu banyak cairan 1–2 jam sebelum waktu tidur. Namun, pastikan anak tetap terhidrasi dengan cukup sepanjang hari.
Biasakan anak untuk buang air kecil sebelum tidur. Ini adalah kebiasaan sederhana namun sangat membantu dalam mengosongkan kandung kemih sebelum tidur malam. Jadikan ini sebagai rutinitas yang menyenangkan agar anak merasa nyaman melakukannya.
Ciptakan suasana tidur yang nyaman dan hangat. Kamar yang terlalu dingin bisa memicu anak buang air lebih sering. Selimut yang cukup dan pakaian tidur yang sesuai dapat membantu menjaga suhu tubuh anak.
Jangan lupa untuk memberikan pujian saat anak berhasil tidur malam tanpa mengompol. Ini bisa menjadi motivasi yang kuat bagi anak untuk terus berusaha. Hindari memarahi atau mempermalukan anak karena akan berdampak negatif pada rasa percaya dirinya.
Menghentikan kebiasaan mengompol bukanlah proses yang bisa terjadi dalam semalam. Dibutuhkan pendekatan yang penuh kesabaran dan pengertian. Salah satu metode yang bisa dicoba adalah latihan bladder training atau melatih anak menahan buang air dalam waktu lebih lama secara bertahap di siang hari.
Selain itu, alat alarm pengingat ngompol atau bedwetting alarm juga tersedia dan terbukti efektif untuk sebagian anak. Alat ini akan berbunyi ketika anak mulai mengompol, sehingga ia belajar mengenali sinyal tubuh untuk buang air saat tidur. Tentu saja metode ini butuh waktu dan komitmen dari orang tua.
Kurangi penggunaan popok secara bertahap. Terlalu sering menggunakan popok bisa membuat anak tidak menyadari sensasi ingin buang air. Ketika anak mulai menyadari ketidaknyamanan setelah ngompol, ia lebih terdorong untuk bangun dan buang air di kamar mandi.
Yang tak kalah penting adalah membangun kepercayaan diri anak. Beri tahu bahwa ngompol bukan kesalahan mereka, melainkan bagian dari proses tumbuh kembang. Dukungan emosional dari Ibu dan Ayah sangat berperan dalam proses ini.
Jika semua cara telah dicoba namun kebiasaan ngompol tetap terjadi secara rutin, sebaiknya Ibu membawa anak ke dokter. Pemeriksaan lebih lanjut bisa memastikan apakah ada masalah medis yang mendasarinya dan membantu memberikan penanganan yang tepat.
Selain itu Ibu juga bisa melakukan beberapa cara berikut agar anak tidak mengompol lagi : Cara Mengatasi Anak yang Masih Mengompol.