Kondisi Persalinan yang Membutuhkan Proses Ekstraksi Vakum

Ditulis oleh: Redaksi Klikdokter.com

Kondisi Persalinan yang Membutuhkan Proses Ekstraksi Vakum

Persalinan yang normal, lancar, dan tanpa hambatan tentu menjadi dambaan setiap ibu. Namun sayangnya, tidak semua ibu dapat melahirkan dengan mudah. Ada beberapa alasan medis yang mengharuskan ibu untuk bersalin dengan tindakan medis. Salah satu tindakan medis yang dilakukan untuk membantu persalinan normal yang mengalami hambatan adalah ekstraksi vakum.

Baca Juga: Apa Saja Kriteria Kehamilan Normal ?

Lantas apa pengertian, bagaimana penggunaan, serta prosedur melahirkan dengan ekstraksi vakum? Simak penjelasan artikel di bawah ini, Bu.

Apa Itu Ekstraksi Vakum?

Ekstraksi vakum merupakan salah satu prosedur yang dilakukan untuk membantu proses persalinan secara normal. Prosedur ini baru dilakukan jika calon ibu mengalami hambatan dalam persalinan. Dalam hal ini, proses persalinan dibantu dengan menggunakan sebuah alat yang disebut vakum ekstraktor.

Vakum ekstraktor merupakan alat medis yang digunakan sebagai alat bantu untuk membantu menarik (menyedot) bayi keluar dari mulut vagina. Normalnya, bayi dapat keluar dengan mandiri dari vagina saat ibu mengejan. Namun dalam kasus khusus, bayi mengalami kesulitan untuk keluar. Untuk itulah dokter menggunakan alat bantu berupa vakum ekstraktor untuk membantu bayi yang sulit lahir.

Bentuk vakum ekstraktor mirip dengan mangkuk yang terbuat dari bahan plastik. Namun ada juga beberapa jenis vakum ekstraktor yang menggunakan bahan dasar logam. Alat ini memiliki pompa vakum di bagian ujung yang digunakan untuk menyedot bayi dari jalan lahir.

Penggunaan pada Persalinan

Terdapat dua jenis vakum ekstraktor yang digunakan membantu persalinan, yaitu vakum yang menggunakan tenaga manusia dan vakum yang dilengkapi dengan tenaga mesin. Meskipun tenaga yang digunakan berbeda, namun cara penggunaan kedua jenis vakum tersebut kurang lebih sama. Cara menggunakannya dengan menempelkan bagian cup vakum pada permukaan kepala bayi yang dapat terlihat dari jalan lahir.

Jika kepala belum tampak dari vagina, dokter dapat memperlebar jalan lahir dengan melakukan episiotomi. Cara ini dapat membuat persalinan dengan vakum lebih mudah. Ketika cup vakum sudah ditempelkan di kepala bayi, dokter akan meminta ibu untuk mengejan. Kemudian dokter akan menarik pompa vakum sehingga kepala bayi dapat tertarik keluar.

Umumnya upaya persalinan normal dengan ekstraksi vakum dilakukan selama 3 kali. Namun jika gagal, dokter akan mempertimbangkan penggunaan alat bantu lain seperti induksi maupun tindakan operasi.

Jenis Alat yang Digunakan

Dilihat dari bahan yang digunakan, terdapat 2 jenis vakum ekstraktor untuk membantu persalinan yang terhambat. Kedua jenis alat tersebut meliputi:

Baca Juga: Alasan Mengapa Sebaiknya Melahirkan Normal

  1. Metal Cup

    Metal cup merupakan alat ekstraksi vakum yang terbuat dari bahan metal cup atau logam. Alat ini berbentuk bulat dengan diameter 40-60 mm. Pada bagian atas bulatan logam terdapat rantai yang digunakan untuk menghubungkan logam dengan gagang vakum.

    Metal cup tergolong mudah digunakan serta mudah ditempatkan di kepala bayi sehingga tingkat keberhasilan dari alat ini cukup tinggi. Meskipun demikian, metal cup yang terbuat dari bahan logam ini agak kaku sehingga kurang nyaman saat digunakan. Selain itu, bahan logam yang digunakan juga beresiko melukai kepala bayi.
  2. Soft Cup

    Soft cup merupakan alat ekstraksi vakum yang terbuat dari bahan plastik. Pada saat muncul pertama kali, alat ini dibuat dengan bentuk corong atau lonceng. Namun dalam perkembangannya, soft cup sudah dibuat menyerupai vakum yang berbentuk logam.

    Alat vakum jenis ini memiliki bahan yang lebih lunak karena terbuat dari plastik. Saat mengenai kepala bayi pun, alat ini tergolong aman dan minim resiko.

Kondisi Persalinan yang Membutuhkan

Tidak semua persalinan membutuhkan bantuan ekstraksi vakum. Beberapa kondisi persalinan yang membutuhkan alat vakum antara lain:

  1. Proses Persalinan yang Terlalu Lama

    Jika proses persalinan sudah terlalu lama dan belum ada tanda-tanda bayi lahir, dokter akan menggunakan alat bantu persalinan. Salah satunya adalah ekstraksi vakum. Namun cara ini biasanya dilakukan setelah proses induksi atau suntik epidural tidak berhasil dilakukan.

    Umumnya ibu yang baru pertama kali bersalin, memiliki durasi fase persalinan sekitar 3 hingga 4 jam dengan suntik epidural. Sedangkan ibu yang telah melahirkan lebih dari 1 kali, memiliki durasi fase persalinan 2 sampai 3 jam dengan suntik epidural. Lebih dari waktu tersebut, dokter akan mencoba ekstraksi vakum.
  2. Terjadi Kegawatan Janin Saat Ibu Mengejan

    Kondisi lain yang membuat ekstraksi vakum harus dilakukan adalah adanya tanda gawat pada janin saat bayi mengejan. Dokter akan melakukan tindakan vakum sebelum mengambil keputusan operasi.
  3. Ibu Memiliki Kondisi Medis Tertentu

    Terdapat beberapa kondisi medis yang membuat ibu tidak boleh mengejan terlalu kuat sehingga perlu dilakukan ekstraksi vakum. Beberapa kondisi tersebut meliputi penyakit jantung bawaan serta gangguan pada retina mata.

Kondisi Persalinan yang Sulit untuk Pemakaian

Selain itu, terdapat juga beberapa kondisi persalinan yang sulit atau justru dilarang menggunakan alat bantu vakum ekstraktor. Kondisi tersebut antara lain persalinan prematur, posisi bayi sungsang, serta posisi wajah bayi yang menghadap ke jalan lahir.

Tahapan Prosedur

Prosedur ekstraksi vakum terdiri dari 3 tahapan, yaitu sebelum, selama, serta sesudah prosedur ekstraksi vakum.

  1. Sebelum Prosedur Ekstraksi Vakum

    Terdapat beberapa langkah yang dilakukan sebelum prosedur ekstraksi vakum, antara lain dokter akan berupaya mempercepat proses persalinan dengan induksi persalinan atau episiotomi. Ibu dapat mempelajari lebih lanjut tentang induksi persalinan di sini: Kapan Ibu Harus Melahirkan dengan Induksi Persalinan?

    Jika upaya tersebut belum berhasil, dokter akan melakukan ekstraksi vakum. Tentunya dokter akan menjelaskan manfaat serta prosedur ekstraksi vakum terlebih dahulu serta meminta persetujuan ibu dan keluarga atas tindakan tersebut.
  2. Selama Prosedur Ekstraksi Vakum

    Setelah ibu dan pihak keluarga menyetujui, dokter akan memulai proses ekstrasi vakum. Proses tersebut dimulai dengan memasukkan vakum ekstraktor ke dalam vagina dan menempelkannya pada kepala bayi.

    Setelah siap, vakum akan diaktifkan lalu proses penarikan bayi akan dimulai. Jika kepala bayi sudah keluar dari jalan lahir, dokter akan melepaskan alat vakum. Perlu diketahui bahwa jika proses ini tidak berhasil dilakukan, maka dokter akan mempertimbangkan penggunaan alat bantu lain.
  3. Setelah Penggunaan Vakum

    Setelah proses vakum dilakukan, dokter serta perawat akan memeriksa kondisi ibu dan bayi. Dokter akan melihat apakah ada kemungkinan cedera akibat penggunaan alat vakum atau tidak. Selanjutnya dokter jua akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui apakah terdapat komplikasi pasca vakum atau tidak.

Risiko Melahirkan

Meskipun tergolong aman, namun penggunaan ekstraksi vakum pada proses persalinan bukan tanpa resiko. Ada beberapa resiko yang mungkin terjadi pada ibu dan bayi. Pada ibu, resiko meliputi terjadinya pembekuan pada pembuluh darah kaki atau panggul serta kesulitan untuk menahan buang air kecil sementara waktu.

Baca Juga: Mengapa Harus Melahirkan dengan Operasi Caesar?

Sedangkan pada bayi, resiko meliputi cedera pada bagian kepala, penyakit kuning, serta perdarahan retina mata. Dokter anak akan segera menangani jika kasus ini terjadi.

Itulah beberapa hal mengenai ekstraksi vakum yang perlu Ibu tahu. Semoga persalinan Ibu berjalan lancar dan bayi selalu sehat ya, Bu!