Memasuki trimester ketiga, tubuh Ibu sedang bekerja keras mempersiapkan proses persalinan. Pada fase ini, berbagai hal tentu menjadi perhatian, mulai dari posisi janin, kontraksi palsu, hingga kondisi air ketuban. Salah satu hal yang sering menimbulkan kekhawatiran adalah ketika air ketuban terlihat berwarna hijau. Perubahan ini memang tidak bisa diabaikan, karena dapat menjadi tanda adanya kondisi tertentu pada buah hati yang memerlukan perhatian khusus dari tenaga medis.
Namun, Ibu tidak perlu langsung panik. Air ketuban hijau bukan berarti selalu berbahaya bila ditangani dengan tepat dan cepat. Dengan memahami penyebab, risiko, serta langkah penanganannya, Ibu bisa lebih tenang menghadapi situasi ini dan memastikan buah hati tetap dalam kondisi sehat hingga waktu persalinan tiba. Pengetahuan yang baik akan membantu Ibu membuat keputusan yang tepat bersama dokter demi menjaga kesehatan dan keselamatan buah hati.
Air ketuban yang berubah menjadi hijau umumnya disebabkan oleh keluarnya mekonium, yaitu feses pertama janin yang biasanya belum dikeluarkan hingga bayi lahir. Saat mekonium bercampur dengan air ketuban, warnanya menjadi kehijauan atau kecokelatan. Kondisi ini dikenal dengan istilah meconium-stained amniotic fluid (MSAF).
Ada beberapa pemicu yang dapat menyebabkan janin mengeluarkan mekonium di dalam rahim, yaitu:
Saat janin kekurangan oksigen (hipoksia) atau ada gangguan perfusi plasenta, tubuh janin merespons dengan peningkatan aktivitas usus dan relaksasi sfingter anal, sehingga mekonium terdorong keluar ke dalam air ketuban.
Penyebab terjadinya hipoksia diakibatkan oleh lilitan tali pusat, insufisiensi plasenta, atau gangguan aliran darah dari plasenta.
Bila kehamilan melewati hari perkiraan lahir (HPL), risiko keluarnya mekonium sebelum persalinan akan meningkat. Studi menunjukkan bahwa insiden air ketuban bermekonium lebih sering terjadi pada kehamilan yang sudah melewati waktu normal.
Persalinan yang lama atau induksi yang agresif dapat mempertinggi stres pada janin, hal ini memicu aktivitas usus pada janin sehingga menyebabkan keluarnya mekonium lebih awal.
Beberapa faktor yang juga dikaitkan antara lain pecah ketuban terlalu dini (premature rupture of membranes), preeklamsia, dan tekanan plasenta. ketiga kondisi ini dapat menghambat pasokan oksigen dan memicu stres pada janin.
Ketika air ketuban berubah warna menjadi hijau karena tercampur mekonium, salah satu risiko utama yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan bayi menghirup atau menelan cairan tersebut sebelum atau saat proses persalinan berlangsung. Kondisi ini dikenal secara medis sebagai Sindrom Aspirasi Mekonium (SAM) atau Meconium Aspiration Syndrome (MAS).
Sindrom Aspirasi Mekonium (SAM) terjadi ketika feses pertama bayi (mekonium) masuk ke saluran pernapasan, menghalangi aliran udara, dan menimbulkan iritasi pada paru-paru. Akibatnya, bayi bisa mengalami kesulitan bernapas sesaat setelah lahir. Menurut National Center for Biotechnology Information (NCBI), sekitar 5–10% bayi dengan air ketuban hijau berisiko mengalami sindrom ini, terutama pada kehamilan yang melewati HPL atau saat janin mengalami stres di dalam rahim.
Gejala utama SAM yang dapat terlihat pada bayi baru lahir antara lain:
Meskipun terdengar menakutkan, Ibu tidak perlu panik. Dengan pemantauan ketat oleh tenaga medis, mayoritas bayi yang terpapar air ketuban hijau dapat pulih dengan baik setelah mendapatkan perawatan yang sesuai, seperti pembersihan saluran napas, pemberian oksigen, atau observasi intensif di ruang NICU jika diperlukan.
Langkah terbaik untuk mencegah risiko air ketuban hijau adalah dengan melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Melalui pemantauan USG dan pemeriksaan medis berkala, dokter dapat menilai kondisi janin, jumlah serta warna air ketuban, serta mendeteksi tanda-tanda stres pada bayi lebih awal. Pemeriksaan antenatal secara rutin membantu dokter memastikan kondisi janin, termasuk memantau aktivitas jantung dan pergerakan bayi di dalam rahim.
Ibu juga disarankan untuk aktif memantau gerakan buah hati, terutama di trimester ketiga. Bila gerakan terasa berkurang atau berbeda dari biasanya, segera konsultasikan ke dokter. Perubahan gerakan janin bisa menjadi tanda awal janin mengalami stres atau kekurangan oksigen, sehingga perlu segera dievaluasi.
Selain itu, menjaga agar kehamilan tidak melewati Hari Perkiraan Lahir (HPL) juga penting. Kehamilan yang terlalu lama (lebih dari 41 minggu) meningkatkan risiko bayi mengeluarkan mekonium di dalam rahim. Risko air ketuban hijau meningkat seiring usia kehamilan yang melewati HPL karena sistem pencernaan janin menjadi lebih aktif menjelang akhir kehamilan.
Dengan rutin melakukan pemeriksaan kehamilan dan mengenali tanda-tanda perubahan kondisi janin, Ibu dapat memberikan perlindungan terbaik bagi buah hati hingga persalinan tiba dengan aman. Menjaga kesehatan janin bukan hanya soal menunggu waktu persalinan, tetapi juga mengambil langkah aktif sejak dini. Salah satunya adalah mempelajari metode induksi alami yang aman, agar bayi lahir tepat waktu dan risiko air ketuban hijau dapat diminimalkan.
Yuk, pelajari lebih lanjut tentang cara-cara induksi alami yang aman bagi Ibu hamil di halaman berikut ini: Cara Induksi Alami Agar Melahirkan Tepat Waktu.
Referensi: