Selama masa kehamilan, tubuh Ibu bekerja lebih keras untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan buah hati. Salah satu nutrisi yang memiliki peran besar dalam proses ini adalah PROTEIN. Nutrisi ini berfungsi membentuk jaringan tubuh, otot, hingga organ penting buah hati di dalam kandungan. Namun, seperti halnya nutrisi lain, asupan PROTEIN perlu dijaga agar tidak berlebihan maupun kurang. Terlalu banyak PROTEIN dapat mengganggu metabolisme tubuh, sedangkan kekurangannya berisiko menghambat tumbuh kembang janin.
Oleh karena itu, menjaga keseimbangan asupan PROTEIN menjadi langkah penting selama kehamilan. Ibu perlu mengetahui jumlah PROTEIN yang dibutuhkan selama kehamilan dan mengenali tanda-tanda kelebihan maupun kekurangannya. Dengan begitu, Ibu bisa menyesuaikan pola makan agar kehamilan tetap sehat dan pertumbuhan buah hati berlangsung optimal hingga persalinan.
Selama hamil, tubuh membutuhkan lebih banyak PROTEIN untuk mendukung pembentukan jaringan janin dan menjaga kesehatan Ibu. Namun, jika asupannya tidak sesuai kebutuhan, tubuh bisa memberikan sinyal melalui berbagai gejala. Mengenali tanda-tanda ini penting agar Ibu bisa segera mengambil langkah tepat untuk menjaga keseimbangan nutrisi.
Asupan PROTEIN yang terlalu tinggi selama kehamilan bisa menimbulkan berbagai keluhan. Salah satu yang paling umum adalah peningkatan berat badan yang tidak sehat. Selain itu, kelebihan PROTEIN akan memberikan beberapa sinyal peringatan yang bisa dirasakan. Ibu bisa mengalami gejala seperti sering buang air kecil, mual, atau perut tidak nyaman. Dalam kasus tertentu, kelelahan dan urine berbusa bisa muncul sebagai tanda ginjal bekerja terlalu keras.
Ciri lain dari kelebihan protein adalah pembengkakan pada tangan dan kaki. Menurut American Journal of Obstetrics and Gynecology penumpukan PROTEIN dapat menyebabkan retensi cairan dalam jaringan tubuh. Meskipun sedikit pembengkakan adalah hal wajar selama hamil, namun apabila disertai keluhan lain, sebaiknya Ibu segera memeriksakan diri ke dokter.
Kekurangan PROTEIN bisa berdampak serius, baik untuk kesehatan Ibu maupun pertumbuhan buah hati. Tubuh yang kekurangan PROTEIN menyebabkan Ibu cepat lelah, merasa lemah, dan mengalami penurunan massa otot karena tubuh mulai mengambil cadangannya sendiri. Selain itu, kulit dapat menjadi kering, kusam, dan mudah pecah-pecah, sementara rambut tampak lebih rapuh dan mudah rontok.
Selain itu, asupan PROTEIN yang tidak mencukupi membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi dan gangguan pencernaan, yang menandakan sistem kekebalan tubuh sedang melemah. Ciri lain yang mungkin muncul adalah pembengkakan (edema) di tangan, kaki, dan wajah. Hal ini terjadi akibat kadar albumin yang rendah, membuat cairan lebih mudah keluar dari pembuluh darah ke jaringan tubuh. Jika gejala seperti ini mulai dirasakan, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang sesuai.
Keseimbangan asupan PROTEIN sangat penting selama kehamilan, karena baik kekurangan maupun kelebihannya dapat menimbulkan komplikasi serius pada Ibu dan janin. Kelebihan protein membuat ginjal bekerja lebih keras untuk membuang urea dan amonia yang bisa mengganggu keseimbangan elektrolit, memicu kram otot, lemas, dan gangguan irama jantung, serta berdampak pada pasokan nutrisi ke janin. Sebaliknya, kekurangan protein menghambat pembentukan sel dan jaringan tubuh, meningkatkan risiko berat badan lahir rendah, stunting, dan gangguan perkembangan organ bayi.
Kelebihan PROTEIN selama hamil dapat memperberat kerja ginjal. Proses metabolisme menghasilkan amonia dan urea, yang harus dibuang oleh ginjal. Bila tubuh tidak cukup mendapat cairan, risiko dehidrasi meningkat. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa menimbulkan gejala seperti nyeri pinggang, kelelahan, hingga gangguan fungsi ginjal.
Kelebihan PROTEIN juga berdampak pada keseimbangan elektrolit tubuh. Natrium dan kalium yang terbuang lebih banyak melalui urin bisa memicu kram, rasa lemas, bahkan gangguan jantung. Gangguan ini dapat memengaruhi kualitas tidur dan konsentrasi Ibu, serta mengganggu suplai darah ke plasenta.
Bagi janin, ketidakseimbangan PROTEIN bisa menghambat penyerapan asam amino penting. Penelitian PLoS One menunjukkan bahwa metabolit seperti amonia dan homosistein dapat menimbulkan stres oksidatif yang mengganggu perkembangan organ dan sel janin. Dalam jangka panjang, hal ini dapat memengaruhi fungsi ginjal, hati, dan perkembangan otak buah hati di masa depan.
Kekurangan PROTEIN secara langsung memengaruhi daya tahan tubuh Ibu. Ketika tubuh tidak mendapat cukup PROTEIN, sistem imun melemah dan tubuh lebih rentan terkena infeksi. Selain itu, rendahnya kadar albumin bisa menyebabkan retensi cairan atau edema, yang membuat Ibu merasa tidak nyaman dan mudah lelah.
Pada janin, dampaknya lebih serius. Kekurangan PROTEIN dapat menghambat pertumbuhan organ penting dan memperlambat perkembangan jaringan tubuh. Risiko yang paling umum adalah berat badan lahir rendah, lahir prematur, dan gangguan pembentukan organ seperti ginjal dan otak. Penelitian Experimental Biology and Medicine bahkan menunjukkan bahwa kekurangan PROTEIN selama kehamilan bisa memengaruhi jumlah nefron, yang berkaitan dengan risiko hipertensi saat dewasa.
Tak hanya itu, dampak jangka panjangnya juga perlu diperhatikan. Bayi yang lahir dari Ibu dengan asupan PROTEIN rendah lebih berisiko mengalami stunting dan gangguan perkembangan kognitif. Hal ini bisa berdampak pada kemampuan belajar dan kesehatan metabolik anak di masa depan.
Menjaga asupan PROTEIN tetap seimbang adalah kunci agar kehamilan berjalan sehat. Menurut Nutrients, kebutuhan PROTEIN ibu hamil berkisar antara 40–70 gram per hari, tergantung berat badan dan usia kehamilan. Karena itu, penting bagi Ibu untuk mencermati kebutuhan pribadi berdasarkan anjuran dokter atau ahli gizi.
Jika mengalami kekurangan PROTEIN, Ibu bisa menambah asupan dari sumber yang kaya PROTEIN dan mudah diserap tubuh, seperti telur, ikan, tempe, tahu, kacang-kacangan, dan produk olahan kedelai. Distribusi konsumsi sepanjang hari membantu tubuh menyerap PROTEIN lebih efektif. Bila asupan dari makanan belum cukup, konsultasikan pada dokter untuk mendapatkan rekomendasi suplemen yang aman selama hamil.
Sebaliknya, jika Ibu merasa mengonsumsi terlalu banyak PROTEIN, cobalah mengurangi porsi daging merah, ayam, atau suplemen tinggi PROTEIN yang dikonsumsi tanpa pengawasan. Perbanyak sayuran, buah, dan karbohidrat kompleks seperti nasi merah dan roti gandum untuk membantu menyeimbangkan nutrisi. Jangan lupa untuk menjaga asupan cairan agar ginjal tidak terbebani.
Pola makan yang seimbang sangat penting selama masa kehamilan karena tubuh Ibu bekerja ekstra untuk mendukung dua kehidupan. Kebutuhan energi meningkat, dan distribusi nutrisi makro seperti karbohidrat, lemak, dan PROTEIN perlu diperhatikan. Komposisi ideal menurut BMC Public Health adalah karbohidrat 50–60%, PROTEIN 15–20%, dan lemak sehat 25–30%.
PROTEIN menjadi komponen penting dalam membentuk jaringan tubuh janin, termasuk otot, dan organ vital lainnya. Ibu bisa menambah asupan harian dengan mengonsumsi makanan bernutrisi seperti telur, ikan, tempe, atau daging tanpa lemak. Untuk energi, pilihlah sumber karbohidrat kompleks yang tidak menyebabkan lonjakan gula darah. Sementara itu, lemak sehat dari alpukat atau ikan seperti salmon membantu perkembangan sistem saraf janin.
Tak kalah penting, lengkapi pola makan dengan vitamin dan mineral seperti asam folat, zat besi, dan kalsium. Mikronutrien ini bisa diperoleh dari sayuran hijau, buah-buahan, susu, dan makanan laut rendah merkuri. Kombinasi nutrisi yang lengkap akan mendukung kesehatan Ibu sekaligus memastikan janin tumbuh sehat dan kuat.
Untuk melengkapi kebutuhan nutrisi harian, Ibu juga dapat mengonsumsi susu kehamilan yang diformulasikan khusus. Susu hamil yang seimbang membantu mencukupi kebutuhan PROTEIN, vitamin, dan mineral penting tanpa menyebabkan kelebihan nutrisi. Beberapa jenis susu bahkan dilengkapi dengan DHA dan kolin yang mendukung perkembangan otak buah hati. Pastikan Ibu memilih susu sesuai usia kehamilan dan konsultasikan terlebih dahulu bila ragu.
Setiap tahap kehamilan memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda, jadi penting bagi Ibu memilih susu yang sesuai dengan kondisi dan usia kehamilan. Yuk, temukan rekomendasi susu kehamilan yang paling tepat untuk mendukung tumbuh kembang buah hati di: 2 Susu Ibu Hamil yang Bagus untuk Perkembangan Buah Hati.
Referensi