Eklampsia atau eklamsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang berbahaya, ditandai dengan tekanan darah tinggi dan kejang. Kondisi ini terjadi akibat gangguan pada pembuluh darah yang memengaruhi berbagai organ tubuh, termasuk otak. Tanpa penanganan yang tepat, komplikasi ini dapat mengancam keselamatan Ibu dan Buah Hati.
Penting bagi Ibu untuk memahami eklamsia agar dapat mengenali gejala, mengetahui penyebabnya, serta mencegah risiko lebih lanjut. Langkah ini tidak hanya melindungi kesehatan selama kehamilan tetapi juga memastikan Buah Hati tumbuh optimal hingga proses persalinan.
Eklamsia adalah komplikasi kehamilan serius yang ditandai dengan kejang pada Ibu hamil yang sebelumnya mengalami preeklamsia. Kondisi ini terjadi akibat tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dan dapat menimbulkan dampak berbahaya pada organ vital, terutama otak. Kejang pada eklamsia tidak disebabkan oleh gangguan neurologis lain, melainkan sebagai respons tubuh terhadap gangguan aliran darah yang parah.
Eklamsia biasanya muncul pada trimester akhir kehamilan atau menjelang persalinan. Namun, dalam kasus tertentu, gejala dapat muncul setelah persalinan berlangsung. Oleh karena itu, penting untuk memahami definisinya agar Ibu dan keluarga dapat mengenali kondisi ini sejak dini dan mencari pertolongan medis secepat mungkin.
Kondisi ini umumnya berkembang dari preeklamsia, yang merupakan fase awal gangguan tekanan darah tinggi selama kehamilan dan ditandai dengan adanya protein dalam urin. Jika preeklamsia tidak ditangani dengan tepat, risiko berkembang menjadi eklamsia sangat besar.
Eklamsia tidak hanya mempengaruhi tekanan darah, tetapi juga sistem saraf, yang dapat memicu kejang sebagai gejala utama. Gejala ini sering kali didahului oleh tanda-tanda seperti sakit kepala berat, pandangan kabur, atau nyeri di bagian atas perut. Dalam kasus yang lebih parah, eklamsia dapat dikaitkan dengan komplikasi kehamilan lain seperti plasenta akreta yang semuanya membutuhkan penanganan segera.
Penanganan medis yang cepat sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi lanjutan seperti koma, gagal ginjal, kerusakan organ, atau bahkan kematian. Oleh karena itu, pemeriksaan rutin selama kehamilan menjadi langkah penting untuk mendeteksi tanda-tanda awal gangguan ini dan mengambil tindakan yang tepat.
Preeklamsia dan eklamsia adalah dua kondisi yang saling berkaitan, tetapi memiliki tingkat keparahan yang berbeda. Preeklamsia terjadi ketika Ibu hamil mengalami tekanan darah tinggi yang disertai adanya protein dalam urin. Kondisi ini bisa berkembang secara perlahan dan mempengaruhi fungsi ginjal serta aliran darah ke plasenta.
Jika preeklamsia tidak ditangani, maka risiko berkembang menjadi eklamsia akan meningkat. Eklamsia adalah tahap lanjutan dari preeklamsia yang ditandai dengan munculnya kejang. Kejang ini menjadi pertanda bahwa otak mengalami gangguan serius akibat tekanan darah yang sangat tinggi. Oleh karena itu, preeklamsia bisa disebut sebagai peringatan awal sebelum komplikasi menjadi lebih parah.
Eklamsia tidak muncul begitu saja, melainkan terjadi akibat sejumlah gangguan yang mempengaruhi sirkulasi darah ke otak dan organ lainnya. Berikut ini penjelasan dari faktor-faktor yang umum menjadi penyebabnya:
Selama kehamilan, interaksi antara gen Ibu dan gen Buah Hati memainkan peran penting dalam perkembangan plasenta yang sehat. Ketika interaksi ini tidak berjalan dengan baik, tubuh merespons dengan reaksi imun berupa peradangan pada pembuluh darah rahim.
Peradangan ini menghambat aliran darah dan oksigen dari Ibu ke Buah Hati. Akibatnya, janin kesulitan bernapas dengan baik, sementara tekanan darah Ibu meningkat secara signifikan. Jika kondisi ini berlangsung lama, preeklamsia dapat berkembang menjadi eklampsia, di mana aliran darah ke organ vital seperti otak terganggu.
Tekanan darah tinggi yang tidak terkendali menyebabkan aliran darah ke otak terganggu. Ketika otak kekurangan oksigen dan nutrisi, jaringan saraf mengalami gangguan fungsi yang memicu gejala seperti sakit kepala berat dan pandangan kabur. Kondisi ini sering kali disertai keluhan pusing saat hamil trimester 3 yang patut diwaspadai.
Pada kondisi lanjut, otak merespons dengan reaksi berupa kejang yang merupakan ciri utama. Kejang ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan hilangnya kesadaran hingga koma. Penanganan segera diperlukan untuk mencegah kerusakan otak permanen.
Penyakit seperti diabetes, kolesterol tinggi, atau kelainan genetik juga dapat meningkatkan risiko eklampsia. Kondisi ini menyebabkan dinding pembuluh darah kehilangan elastisitasnya, sehingga lebih rentan terhadap kerusakan.
Kerusakan pada pembuluh darah memicu pembentukan zat beku yang mengganggu aliran darah. Akibatnya, tekanan darah meningkat dan risiko komplikasi seperti eklampsia menjadi lebih besar. Untuk mencegahnya, Ibu perlu memantau tekanan darah secara berkala dan menjaga pola hidup sehat selama kehamilan.
Mengenali gejala eklamsia sejak dini menjadi langkah penting agar penanganan bisa segera dilakukan. Gejalanya sering kali tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan diawali dengan tanda-tanda preeklamsia.
Kondisi ini dapat ditandai dengan tekanan darah tinggi, pembengkakan di tangan atau wajah, serta adanya protein dalam urin. Sakit kepala yang berulang dan tidak mereda meski sudah beristirahat juga menjadi salah satu gejala awal yang perlu diperhatikan.
Selain itu, gangguan penglihatan seperti pandangan kabur, sensitif terhadap cahaya, atau melihat bayangan berkilauan juga sering dialami Ibu yang berada dalam tahap preeklamsia. Jika kondisi ini tidak segera diatasi, preeklamsia dapat berkembang menjadi eklampsia, yang ditandai dengan kejang sebagai gejala utama. Kejang ini terjadi akibat aliran darah ke otak terganggu, sehingga mempengaruhi fungsi saraf.
Pada tahap lanjut, kondisi ini juga dapat menyebabkan gangguan pernapasan, nyeri di bagian atas perut, serta hilangnya kesadaran. Perut sakit saat hamil bisa menjadi tanda bahaya yang tak boleh diabaikan karena berpotensi mengarah ke komplikasi serius seperti eklampsia.
Gejala ini memerlukan penanganan medis darurat karena dapat membahayakan keselamatan Ibu dan Buah Hati. Jika Ibu mengalami salah satu dari gejala tersebut, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat.
Penanganan eklamsia memerlukan intervensi medis segera. Tujuan utamanya adalah menurunkan tekanan darah tinggi dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Dokter biasanya memberikan obat antihipertensi untuk membantu mengontrol tekanan darah. Obat anti kejang seperti magnesium sulfat juga sering digunakan untuk melindungi otak dari risiko kerusakan yang lebih parah akibat kejang.
Penanganan eklampsia juga sering kali melibatkan pemantauan intensif di rumah sakit. Pemantauan ini mencakup pemeriksaan tekanan darah, fungsi ginjal, dan kondisi janin untuk memastikan kesehatan Ibu dan Buah Hati tetap stabil. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin merekomendasikan persalinan lebih awal jika kondisi Ibu tidak memungkinkan untuk melanjutkan kehamilan.
Keputusan untuk melakukan persalinan didasarkan pada usia kehamilan, kesehatan Ibu, dan kondisi janin. Jika usia kehamilan sudah mendekati cukup bulan, persalinan sering kali menjadi solusi terbaik untuk mencegah risiko komplikasi yang lebih besar. Setelah persalinan, Ibu tetap perlu menjalani pemantauan untuk memastikan tekanan darah kembali normal dan mencegah eklampsia berulang.
Pencegahan eklampsia tidak hanya fokus pada satu aspek, melainkan mencakup gaya hidup sehat, pemeriksaan rutin, dan dukungan nutrisi seimbang. Berikut ini langkah-langkah yang dapat Ibu lakukan:
Ibu disarankan untuk tetap aktif dengan melakukan olahraga ringan, seperti jalan santai atau yoga prenatal, yang membantu melancarkan sirkulasi darah dan menjaga kebugaran tubuh. Hindari konsumsi garam berlebihan yang dapat meningkatkan tekanan darah, serta kelola stres melalui meditasi atau aktivitas menyenangkan agar kesehatan mental tetap terjaga. Eklampsia dan HELLP syndrome adalah komplikasi kehamilan yang berbahaya dan memerlukan penanganan segera.
Pemeriksaan kehamilan secara rutin menjadi langkah penting dalam mendeteksi tanda-tanda awal pre-eklamsia, seperti tekanan darah tinggi atau adanya protein dalam urin. Melalui pemantauan yang konsisten, dokter dapat memberikan saran atau perawatan yang sesuai untuk mencegah kondisi berkembang menjadi eklampsia.
Nutrisi yang seimbang juga memegang peran besar dalam menjaga kesehatan selama kehamilan. Asupan makanan yang kaya akan asam folat, kalsium, vitamin D, dan protein membantu mendukung kekuatan pembuluh darah dan pertumbuhan optimal Buah Hati.
Untuk melengkapi kebutuhan ini, Ibu dapat mengandalkan susu hamil seperti PRENAGEN, yang dirancang khusus dengan nutrisi esensial untuk mendukung kehamilan sehat sekaligus mencegah risiko komplikasi.
Yuk, jaga kehamilan bersama PRENAGEN. Ketahui lebih lanjut manfaatnya di sini: 3 Rekomendasi Susu PRENAGEN untuk Ibu Hamil.