Kekurangan nutrisi pada bayi bukan sekadar persoalan kurang makan, tetapi kondisi serius yang bisa berdampak panjang terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta otak anak. Banyak Ibu belum menyadari bahwa penyakit akibat kekurangan kalori dan protein disebut marasmus, dan kondisi ini dapat terjadi bahkan sejak bayi masih dalam kandungan jika kebutuhan nutrisi Ibu tidak tercukupi. Hal ini berkaitan erat dengan ibu hamil kurang gizi yang masih sering terjadi di berbagai daerah.
Masalah kekurangan nutrisi masih menjadi tantangan di Indonesia, terutama pada keluarga yang belum memahami pentingnya pola makan seimbang dan pemantauan tumbuh kembang anak secara berkala. Kondisi ini dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah, lebih mudah sakit, dan mengalami hambatan kognitif di kemudian hari.
Agar bayi tumbuh optimal, Ibu perlu memahami jenis penyakit yang timbul dari kekurangan asupan gizi, gejala awal yang harus diwaspadai, serta pola makan yang tepat untuk mencegahnya.
Kekurangan nutrisi dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit dengan gejala dan dampak yang berbeda-beda. Beberapa kondisi bahkan membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit jika tidak ditangani sejak dini.
Marasmus merupakan kondisi paling parah dari kekurangan energi total, yaitu defisiensi kalori dan protein. Bayi yang mengalami marasmus akan tampak sangat kurus, dengan otot menyusut dan lemak tubuh nyaris tidak terlihat. Kulit mereka menjadi kendur dan terlihat menempel pada tulang, bahkan lemak bawah kulit hampir tidak ada.
Gejala marasmus juga ditandai dengan bayi yang tampak sangat lemah, tidak aktif, dan mudah sakit. Tubuh mereka kehilangan cadangan energi, sehingga organ-organ vital tidak bekerja optimal. Dalam kondisi berat, bayi dapat mengalami hipotermia, dehidrasi, dan penurunan kesadaran.
Untuk mengobati marasmus, perlu pendekatan bertahap dengan memberikan makanan tinggi energi yang mudah dicerna serta pemantauan ketat dari tenaga medis.
Kwashiorkor terjadi akibat kekurangan protein dan lemak, meskipun asupan kalori harian cukup. Kondisi ini menyebabkan pembengkakan di bagian tubuh seperti kaki dan perut karena akumulasi cairan, dan merupakan salah satu penyakit gizi buruk yang serius.
Bayi yang mengalami kwashiorkor biasanya menunjukkan kulit kering, rambut mudah rontok, dan luka yang sulit sembuh. Mereka juga lebih mudah terkena infeksi, meski imunisasi sudah dilakukan. Warna rambut bisa berubah menjadi kemerahan atau keabu-abuan.
Perawatan untuk kwashiorkor melibatkan pemberian makanan kaya protein dan vitamin, serta suplemen mikronutrien yang mendukung pemulihan jaringan tubuh secara menyeluruh. Penanganannya membutuhkan waktu dan konsistensi agar bayi kembali tumbuh sehat.
Beri-beri disebabkan oleh kekurangan vitamin B1 (tiamin), dan sering kali berdampak pada sistem saraf serta fungsi jantung. Kondisi ini membuat bayi menjadi lemah, sulit mengkoordinasikan gerakan, dan bahkan bisa mengalami gangguan irama jantung. Pengetahuan seputar kekurangan thiamin ibu hamil berisiko terserang sakit beri-beri menjadi penting agar bisa dicegah sejak dini.
Ibu hamil juga rentan terhadap beri-beri karena kebutuhan vitamin B1 meningkat selama masa kehamilan. Tanpa pasokan tiamin yang memadai, metabolisme karbohidrat tidak berlangsung dengan baik, yang menyebabkan penumpukan zat beracun di jaringan saraf dan otot.
Mencegah beri-beri bisa dilakukan dengan memperbanyak konsumsi makanan yang mengandung tiamin, seperti beras merah, daging, kacang-kacangan, dan telur. Jika sudah muncul gejala, suplemen vitamin B1 biasanya diperlukan sebagai bagian dari pemulihan.
Pellagra adalah penyakit akibat kekurangan vitamin B3 (niasin). Gejala yang muncul antara lain ruam kulit, diare, kelelahan, dan gangguan fungsi mental. Kondisi ini dapat berujung fatal jika tidak segera ditangani karena mengganggu banyak sistem dalam tubuh secara bersamaan.
Pellagra sering terjadi pada bayi dan anak-anak yang pola makannya terbatas atau tidak mengandung cukup niasin. Konsumsi makanan yang bervariasi dan kaya vitamin B dapat mencegah penyakit ini. Sumber niasin antara lain terdapat pada daging ayam, ikan, dan biji-bijian utuh.
Untuk mencegah berbagai jenis penyakit kekurangan nutrisi, bayi membutuhkan asupan makanan bergizi tinggi yang seimbang, mulai dari kalori, protein, hingga vitamin dan mineral penting. Kebutuhan nutrisi untuk ibu hamil juga perlu diperhatikan karena berperan besar dalam perkembangan janin yang sehat sejak awal kehamilan.
ASI eksklusif selama enam bulan pertama adalah sumber gizi paling ideal karena mengandung protein, lemak, dan antibodi alami yang dibutuhkan bayi. Setelah itu, pemberian MPASI harus mempertimbangkan kecukupan gizi harian. Termasuk protein hewani dan nabati, karbohidrat kompleks, sayuran hijau, serta lemak sehat dari minyak ikan dan alpukat.
Suplemen juga dapat diberikan atas rekomendasi dokter jika terdapat risiko kekurangan vitamin tertentu, misalnya vitamin B1 atau B3.
Kekurangan nutrisi sering tidak langsung terlihat, namun gejala awalnya bisa diamati dari perubahan fisik dan perilaku bayi. Kulit kering dan bersisik, luka yang sulit sembuh, serta rambut rontok adalah tanda-tanda awal yang tidak boleh diabaikan.
Bayi yang kekurangan zat gizi biasanya tampak rewel, tidak aktif, dan sulit tidur. Penurunan berat badan yang tidak sesuai grafik pertumbuhan juga menjadi indikator penting. Jika bayi menunjukkan gejala tersebut, Ibu sebaiknya segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.
Perubahan perilaku seperti kehilangan nafsu makan, kurang responsif terhadap lingkungan sekitar, dan mudah terserang penyakit bisa menjadi sinyal adanya gangguan nutrisi. Pengamatan rutin terhadap tumbuh kembang anak sangat diperlukan, karena deteksi dini akan meningkatkan peluang pemulihan lebih cepat.
Pola makan yang seimbang adalah kunci pencegahan utama terhadap penyakit akibat kekurangan gizi. Selain memberikan ASI secara eksklusif, memberikan makanan pendamping yang mengandung cukup kalori, protein, dan lemak sangat penting untuk menjaga energi dan pertumbuhan bayi.
Makanan seperti bubur daging, telur rebus, ikan, serta pure sayuran hijau dapat menjadi pilihan harian untuk MPASI. Penting juga memberikan camilan sehat seperti pisang atau biskuit gandum yang mengandung energi tinggi.
Ibu juga bisa memperhatikan program fortifikasi pangan, yang membantu memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral dari bahan pokok seperti tepung terigu atau susu formula. Ini menjadi solusi penting di wilayah dengan akses terbatas terhadap makanan bergizi segar.
Dengan kombinasi antara makanan alami, pengetahuan gizi, dan pengawasan rutin, Ibu bisa memberikan fondasi kesehatan yang kuat sejak awal kehidupan anak.
Kecukupan gizi selama kehamilan menjadi landasan utama bagi tumbuh kembang bayi di masa mendatang. Penyakit akibat kekurangan kalori dan protein disebut marasmus, dan kondisi ini bisa dicegah sejak dalam kandungan dengan pemenuhan gizi yang baik oleh Ibu. Salah satu yang tidak boleh diabaikan adalah ciri-ciri ibu hamil kekurangan protein yang bisa mengganggu proses tumbuh kembang janin jika tidak segera ditangani.
Setiap nutrisi yang masuk ke tubuh Ibu akan mempengaruhi kualitas plasenta, perkembangan otak, dan berat badan lahir bayi. Jika asupan makanan selama hamil tidak mencukupi, maka risiko gangguan metabolisme, pertumbuhan lambat, dan infeksi akan meningkat setelah lahir.
Pemahaman mengenai pola perkembangan janin dari minggu ke minggu akan membantu Ibu mengukur seberapa besar peran nutrisi di setiap fase kehamilan. Oleh karena itu, edukasi gizi tidak hanya penting untuk bayi tetapi juga untuk Ibu sejak masa awal kehamilan.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang menu makanan sehat selama kehamilan, Ibu bisa membaca informasi lengkap di halaman makanan sehat bagi Ibu hamil untuk mencerdaskan bayi, agar dapat menyusun pola makan yang benar dan mencegah berbagai penyakit akibat kekurangan nutrisi sejak dini.