Waspadai Risiko Eklamsia Selama Kehamilan

Ditulis oleh: Redaksi Klikdokter.com

Waspadai Risiko Eklamsia Selama Kehamilan

Eklamsia adalah kondisi medis serius yang dapat terjadi pada usia kehamilan akhir dan sering kali muncul sebagai kelanjutan dari preeklamsia. Meski kasusnya terbilang jarang, eklamsia tetap harus diwaspadai karena dapat menimbulkan kejang mendadak yang membahayakan nyawa Ibu dan janin. Tekanan darah tinggi menjadi pemicu utama dari kondisi ini, terutama ketika tidak tertangani secara optimal sejak awal kehamilan.

Gangguan ini muncul akibat pembuluh darah pada sistem saraf pusat terganggu. Ketika tekanan darah melonjak dan sistem organ tidak mampu menyesuaikan diri, tubuh merespons dalam bentuk kejang. Gejala awalnya yang umumnya berupa nyeri kepala sering kali samar dan kerap diabaikan. Namun, ketika kejang telah terjadi, dampaknya dapat menjalar luas, mulai dari hilangnya kesadaran hingga koma.

Perjalanan Kejang yang Dialami Ibu Hamil

Kejang akibat eklamsia bukan sekadar kontraksi otot biasa. Dalam tahap awal, wajah Ibu mungkin menunjukkan gerakan halus seperti kedutan ringan. Momen ini bisa berlangsung dalam hitungan detik, namun terjadi berulang, menjadi sinyal awal dari gangguan persarafan yang lebih dalam.

Jika kondisi Ibu terus memburuk, kejang akan menyebar ke bagian otot lain seperti mata dan rahang, kemudian menjalar ke seluruh tubuh. Kontraksi yang berkepanjangan dapat menyebabkan terganggunya aliran darah ke otak dan janin. Dampaknya bukan hanya tidak nyaman, melainkan risiko penurunan kesadaran bahkan kematian mendadak jika tidak ditangani secara intensif.

Faktor yang Memengaruhi Terjadinya Eklamsia

Ada beberapa kondisi yang membuat Ibu lebih rentan mengalami eklamsia. Kehamilan di usia lebih dari 40 tahun dapat memengaruhi elastisitas pembuluh darah, sehingga meningkatkan potensi tekanan darah tinggi. Faktor ini menjadi pemicu utama terjadinya preeklamsia yang tidak jarang berkembang menjadi eklamsia.

Selain itu, kondisi kesehatan bawaan seperti anemia sel sabit, gangguan imun, dan obesitas memberi beban tambahan pada tubuh Ibu, karena akan mengganggu pembuluh darah Ibu. Jika Ibu pernah hamil sebelumnya dan juga mengalami preeklamsia, maka Ibu dapat kembali mengalami eklamsia pada kehamilan sekarang, sehingga perlu diawasi ketat.

Komplikasi Berbahaya

Kondisi eklamsia yang tidak cepat tertangani dapat memicu serangkaian kerusakan yang bersifat permanen, misalnya strok akibat perdarahan otak. Ketika tekanan darah melonjak ekstrem, pembuluh darah di otak bisa pecah dan menyebabkan pendarahan hebat. Situasi ini dapat berujung pada hilangnya kesadaran, kelumpuhan, hingga kematian otak.

Organ vital lain seperti ginjal dan hati juga berisiko mengalami kerusakan serius. Fungsi penyaringan racun tubuh oleh ginjal dapat terganggu secara drastis, sementara hati yang tertekan akibat lonjakan tekanan darah bisa mengalami gagal fungsi. Metabolisme tubuh Ibu akan terpengaruh, sehingga mengganggu sistem peredaran darah dalam tubuh janin.

Di sisi lain, janin berada dalam bahaya yang tak kalah besar. Eklamsia dapat mengganggu aliran oksigen dan nutrisi ke plasenta, mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, atau bahkan kematian dalam rahim. 

Pada kasus tertentu, eklamsia juga dapat memaksa dokter mengambil keputusan untuk melakukan persalinan prematur. Dampaknya, bayi lahir dengan risiko komplikasi tambahan karena parunya yang belum matang.

Pencegahan Eklamsia dengan Langkah Tepat

Upaya pencegahan eklamsia harus dilakukan sejak masa awal kehamilan, terlebih bagi Ibu dengan riwayat hipertensi atau komplikasi sebelumnya. Menjaga kestabilan tekanan darah menjadi prioritas utama, didukung oleh gaya hidup sehat seperti konsumsi makanan bernutrisi, tidur yang cukup, serta pemantauan rutin ke dokter kandungan.

Dalam kondisi tertentu, dokter akan merekomendasikan pengobatan suportif seperti konsumsi aspirin dosis rendah. Seringkali juga dokter akan meminta Ibu mengonsumsi suplemen khusus yang mengandung vitamin dan asam amino seperti arginin. Tujuannya adalah memperkuat dinding pembuluh darah dan mencegah lonjakan tekanan darah yang dapat memicu eklamsia.

Kenali Preeklamsia Sebelum Berkembang Lebih Parah

Karena eklamsia berawal dari preeklamsia, mengenali tanda-tanda awal sangatlah penting. Gejala seperti nyeri kepala hebat, gangguan penglihatan, pembengkakan, dan tekanan darah yang meningkat mendadak bisa menjadi indikator tubuh sedang mengalami gangguan. Ibu perlu mencatat perubahan tubuh sekecil apa pun dan segera berkonsultasi dengan dokter atau bidan apabila menemukan sesuatu yang mencurigakan.

Langkah ini bukan hanya mencegah komplikasi berat seperti kejang, tetapi juga menjaga pertumbuhan janin tetap optimal. Preeklamsia sering kali muncul tanpa gejala yang mencolok, sehingga pengetahuan dan kewaspadaan menjadi pelindung utama bagi Ibu dan bayi. Segera pelajari selengkapnya tentang Penyebab Preeklamsia, Gejala, dan Pengobatannya.