Pencegahan Air Ketuban Bocor bagi Ibu Hamil

Ditulis oleh: Redaksi Klikdokter.com

Pencegahan Air Ketuban Bocor bagi Ibu Hamil

Cairan amnion banyak dikenal sebagai air ketuban pada kantung kehamilan atau selaput ketuban, layaknya air yang ada di dalam balon. Keberadaan cairan tersebut dapat membuat bayi bebas bergerak dalam selaput ketuban. Kondisi cairan ini sangatlah mempengaruhi perkembangan janin. Air ketuban yang cukup dan sehat akan membuat pertumbuhan janin sesuai dengan tahapan usia dan siap dilahirkan pada waktunya.

Baca Juga: Bila Ibu Mengalami Kelebihan Air Ketuban

Ada kemungkinan selaput ketuban mengalami robekan, baik yang terjadi karena trauma atau secara spontan, bisa mengakibatkan air ketuban bocor keluar melalui vagina ibu. Kebocoran yang terjadi pada kantung kehamilan dapat mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi di dalam rahim terganggu, sebab bakteri dapat dengan mudah masuk sehingga menyebabkan infeksi. Ibu hamil kerap tidak menyadari dampak buruk yang ditimbulkan dari berkurangnya air ketuban yang tidak diketahui atau bocor ini. Adakalanya air ketuban bocor juga sulit untuk dibedakan dengan air yang juga keluar melalui vagina ataupun rembesan urin.

Di bawah ini terdapat cara mudah membedakan rembesan air ketuban dengan cairan lainnya:

  1. Gunakan Pembalut Bersih
    Apabila ibu hamil sering merasakan keluar cairan yang melalui vagina, baik ketika tubuh terguncang akibat batuk, trauma maupun cairan yang keluar secara spontan, cobalah gunakan pembalut bersih untuk menampung cairan tersebut. Pada dasarnya air ketuban tidak berwarna serta tidak berbau apapun.
  2. Tes Keasaman
    Gunakan kertas lakmus yang bisa dibeli di apotek atau toko kimia untuk mengetahui keasaman dengan cara menempelkan kertas tersebut pada cairan yang ada pada pembalut. Apabila cairan tersebut menyebabkan kertas berubah menjadi biru, tandanya cairan tersebut adalah air ketuban. Sementara bila kertas lakmus tetap berwarna merah, tandanya tidak ada zat asam dalam cairan tersebut, dan cairan tersebut merupakan air seni.

Semakin besar robekan selaput ketuban, maka semakin deras cairan yang bocor keluar. Jika hal ini terjadi pada saat usia kehamilan ibu sudah memasuki kehamilan tua, maka keluarnya cairan ketuban tersebut menjadi salah satu tanda bahwa ibu akan segera melahirkan. Terlebih lagi jika disertai dengan kontraksi yang makin intens. Untuk informasi lengkap terkait tanda persalinan sudah dekat, simak artikel ini: Tanda-tanda Ibu Akan Melahirkan dalam 24 Jam.

Akan tetapi, apabila kehamilan ibu masih cukup muda, bocornya cairan ketuban yang deras dapat mengakibatkan kelahiran prematur. Dokter akan langsung mengambil tindakan tertentu demi mengurangi risiko terjadinya infeksi parah pada bayi dan ibu. Jika robekan pada selaput ketuban itu sangat kecil, ibu hamil tidak perlu terlalu khawatir, sebab dapat sembuh dengan sendirinya.

Lakukan pencegahan terjadinya robekan pada selaput ketuban dengan cara:

  • Berhenti melakukan hubungan seksual untuk sementara waktu bila ada indikasi yang menyebabkan ketuban pecah dini, misalnya mulut rahim yang lemah.
  • Biasakan diri untuk membersihkan organ genital dengan benar, yakni dari depan ke arah belakang, khususnya setelah berkemih atau buang air besar.
  • Pemeriksaan kehamilan secara teratur, serta melakukan gaya hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan sehat, cukup minum, dan olahraga rutin.
  • Menghindari guncangan, terutama ketika Ibu hamil anak pertama, karena pada kehamilan pertama Ibu belum bisa mengukur kekuatan rahim. Tak hanya itu, goncangan yang terjadi saat berkendara akan mengakibatkan stres serta kondisi yang buruk bagi janin.
  • Selanjutnya, Ibu dianjurkan untuk mengurangi aktivitas atau istirahat total di akhir trimester kedua atau awal trimester ketiga. Hindari pekerjaan berat secara fisik maupun psikis demi kesehatan janin.

Baca Juga: Pentingnya Fungsi Air Ketuban Bagi Janin Dalam Kandungan

Air ketuban bocor bisa berisiko bahaya dan mengancam janin bila tidak dicegah dan diatasi dengan benar. Selalu jauhi hal-hal yang dapat membuat kandungan mengalami trauma.